Nubuat Alkitab: Roh Kudus atau Nabi Muhammad?[1]
Stanley R. Rambitan
Pengantar
Umumnya umat Kristen memahami bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Ia berisi ajaran dan pedoman hidup yang berasal dari Allah untuk manusia dengan maksud agar manusia dapat menjalani kehidupannya sesuai dengan jalan dan kehendak Allah. Alkitab tidak tercipta begitu saja atau diberikan dalam bentuk yang sudah jadi oleh Allah. Ia tersusun dengan melalui suatu proses perjalanan panjang kehidupan manusia; manusia yang mengalami hubungan dengan Tuhan secara romantis dan dinamis, akrab, mesra tapi juga ditandai oleh ketegangan. Itulah hubungan cinta-kasih-sayang antara Tuhan dengan ciptaanNya. Pengalaman manusia dengan Tuhan itu lalu diungkapkan melalui tulisan-tulisan yang kemudian tersusun menjadi Alkitab. Jadi Alkitab merupakan hasil refleksi dan ungkapan penghayatan-iman manusia terhadap Tuhan dan hubungan mereka denganNya. Para penentu penyusunan dan penerbitan Alkitab memberi ciri dan menyimpulkan hubungan itu sebagai hubungan perjanjian; bahwa Allah (sebagai pencipta=khalik) dan manusia (sebagai ciptaan=mahluk) membuat perjanjian, yaitu bahwa Allah mencipta memelihara, memberkati, menolong, memimpin, dstnya, dan manusia memuliakan Tuhan dengan melakukan kehendakNya seperti yang tertulis di dalam Alkitab. (Itulah sebabnya Alkitab disebut kitab Perjanjian yang terdiri dari Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB).[2]
Alkitab berisi cerita-cerita pengalaman dan penghayatan hidup manusia, khususnya para nenek moyang atau bapa-bapa leluhur, tokoh-tokoh agama (mis. para nabi) dalam hubungan dengan Tuhan. Bentuk isi Alkitab itu beraneka ragam. Ada yang berupa cerita legendaris/mitos, cerita heroik atau perjuangan hidup umat Tuhan, pernyataan-pernyataan hukum, aturan-aturan dalam hidup sehari-hari termasuk dalam peribadahan, hikmat dsb.
Nubuat dan juga cerita kenabian juga ditemui dalam Alkitab. Nubuat biasanya menyangkut berbagai hal, misalnya tentang kehidupan suatu bangsa atau seorang (nabi, juruselamat, dsb) atau sesuatu yang dapat mempengaruhi atau menentukan kehidupan manusia (umat atau perorangan).
Topik tentang nubuat mendapat perhatian khusus di sini karena ia menjadi salah satu topik penting dalam dialog (atau lebih khusus polemik) yang dilakukan antara umat Islam dan Kristen. Dari beberapa referensi tampak bahwa di kalangan Islam, ada pendapat bahwa Roh Kudus (Penolong=Penghibur) yang dinubuatkan Yesus dalam Alkitab (khususnya dalam Injil Yohanes) menunjuk kepada nabi Muhammad. Dengan kata lain, nubuat tentang datangnya Roh Kudus itu ditafsirkan sebagai nubuat untuk kedatangan nabi Muhammad. Ayat-ayat Alkitab (PB) yang dipergunakan sebagai dasar pendapat itu adalah antara lain: Yohanes 14;16-26; 15:26-27; 16:7-15; dan Kisah 1:1-11.[3] Bukti yang dipergunakan untuk penunjukan nabi Muhammad sebagai Roh Kudus itu adalah berita atau petunjuk atau hukum Allah yang dibawanya adalah sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan dalam Alkitab itu; bahwa nabi Muhammad membuat banyak orang percaya kepada Allah dan mereka menjadi baik kembali. Pendapat ini tentu menjadi pendukung bagi pembenaran terhadap status dan peran nabi Muhammad dan bagi agama yang dia anut dan sebarkan.
Tulisan ini akan memusatkan pembahasan pada nubuat tentang Roh Kudus di dalam Alkitab Perjanjian Baru, khususnya Injil Yohanes. Di sini akan diperlihatkan apa atau bagaimana nubuat itu, dan apa atau bagaimana pemahaman Alkitab dan atau telogi Kristiani tentang Roh Kudus.
Nubuat dalam Alkitab
Dalam bahasa Indonesia nubuat diartikan secara umum sebagai ramalan, atau sesuatu yang dianggap atau diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Secara keagamaan nubuat dipahami sebagai wahyu yang diturunkan Tuhan khususnya kepada para nabi dan di sampaikan kepada manusia. Nubuat tidak dapat dipisahkan dari nabi. Nubuat selalu disampaikan oleh nabi. Karena itu pembicaraan tentang nubuat selalu dikaitkan atau dimulai dengan pembahasan entang nabi. Kata nabi berasal dari bahasa Ibrani nabi (atau navi) yang berarti memanggil atau dipanggi. Dari sini dipahami bahwa nabi adalah seseorang yang dipanggil oleh Tuhan untuk melakukan tugas pemberitaan Firman atau kehendak Tuhan kepada manusia.
Seseorang menjadi nabi bukan karena keinginan mereka sendiri saja tapi karena panggilan Tuhan. Panggilan ini bersifat pribadi. (Kel.3:1-4; Yes.6; Yer.1:4-19, dll). Keabsahan dan kewibawaan seorang nabi dan pemberitaan/nubuatnya terletak pada Firman Tuhan yang disampaikannya. Firman yang disampaikannya itu tidak hanya ungkapan melalui kata-kata namun dipertegas oleh tindakan mereka. Nabi berfungsi atau diberi gelar dalam PL sebagai “abdi Allah” yang ditujukan kepada Musa (Ul.33:1; 2 Raja 4:9), atau juga “hamba” Allah (2 Raja 13:1dst; 21:10; Ezra 9:11; Yer.7:25). Nabi adalah penyambung lidah Allah. Namun ini bukan berarti bahwa semua kata-kata yang keluar dari mulutnya merupakan hasil hafalannya atau yang didiktekan oleh Tuhan. Nabi diberi kemampuan dan otoritas untuk menafsirkan dan memahami kehendak Allah lalu menyampaikan itu kepada manusia sesuai dengan pergumulan dan kebutuhan umat pada masa itu.
Firman Tuhan atau wahyu atau nubuat yang disampaikan para nabi selalu berkaitan dengan keadaan-jaman di mana seorang nabi dan umatnya hidup. Keadaan itu menyangkut masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Jadi nubuat nabi itu tidak hanya menyangkut ramalan atau sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang. Bahkan secara khusus nubuat nabi itu justru selalu menyangkut kehidupan masa kini atau aktual-kontekstual dari nabi dan umat yang bersangkutan. Nabi berbicara atas inspirasi Roh Allah dengan menafsirkan dan memahami peristiwa-peristiwa masa lalu dan masa yang akan datang demi kepentingan kebaikan hidup masa kini. Bahwa untuk membuat keadaan masa kini baik maka orang perlu menyadari dan memperhitungkan masa depan. Perbaikan keadaan pada masa kini dipengaruhi atau dapat ditentukan oleh keadaan masa depan yang telah dinubuatkan. Misalnya nubuat adanya pahala sorga di masa depan membuat orang hidup baik atau sesuai dengan kehendak Tuhan di masa kini. Jadi jelas bahwa latar belakang penyampaian nubuat sangat menentukan. Dalam hubungan dengan itu maka untuk dapat memahami nubuat dengan tepat dan benar, ia selalu perlu dipahami berdasarkan maknanya di tengah-tengah kehidupan nabi dan umat atau bangsa pada saat itu. Oleh karena itu pemahaman terhadap konteks nubuat sangat penting. Konteks nubuat dalam Alkitab Perjanjian Lama tentu berbeda dengan konteks Perjanjian Baru. Konteks nubuat misalnya nabi Yesaya berbeda dengan konteks nabi Amos; atau konteks nubuat kitab Injil Matius berbeda dengan konteks kitab Injil Yohanes.
Orang pertama yang disebut nabi dalam Alkitab adalah Abraham (Kej.20:7; Mzm 105:18). Kemudian menyusulnabi-nabi lain yang terkenal seperti Musa, Yesaya, Yeremia, Amos, dst dalam PL dan kemudian Yohanes Pembaptis, Yesus, (dan para Rasul) dalam PB.
Nubuat tentang Nabi dalam Alkitab
Alkitab memuat beberapa ungkapan yang menunjuk kepada nubuat tentang kenabian atau akan hadirnya atau tidak akan hadirnya seorang nabi dalam kehidupan bangsa Israel, atau di dalam kehidupan umat Kristen, di masa yang akan datang, antara lain:
1. Ulangan 18:17-22, berisi nubuat tentang Tuhan akan menghadirkan seorang nabi di tengah-
tengah mereka.
2. Ulangan 34:10, berisi nubut tentang tidak akan ada nabi yang dipanggil dan berkarya untuk bangsa Israel.
3. Yesaya 7:10-25, tentang seorang anak yang akan dilahirkan seorang wanita perawan; anak itu disebut Immanuel.
4. Yesaya 41:1-4, tentang nabi atau hamba Allah yang datang itu.
5. Yesaya 53:7
Di sini tidak disebutkan secara jelas atau pasti siapa para nabi yang dinubuatkan itu. Dalam hal ini nama atau siapa nabi yang akan datang itu tidaklah penting bagi umat Israel pada saat itu tetapi fungsi atau karyanya yang dapat memberikan jaminan kehidupan yang lebih baik bagi mereka. Tidaklah penting siapa dia; yang penting bahwa bangsa Israel nanti akan dapat dibebaskan oleh oknum ini. Dengan mengetahui akan hadirnya nabi demikian maka kehidupan kekinian umat dapat diperbaiki. Mereka dapat memiliki semangat yang baru untuk hidup dan berusaha untuk berjalan di jalan Tuhan.
Nubuat-nubuat PL itu umumnya ditafsirkan di dalam PB sebagai sudah dipenuhi atau terpenuhi di dalam diri Yesus Kristus. Yohanes 5:46; Kisah 3:11-26; Matius 1:18-25, menunjuk pemenuhan nubuat itu sudah terjadi pada diri Yesus. Di pihak lain, yaitu bangsa Israel, keturunan umat yang menerima nubuat itu pada mulanya tidak mengakui penafsiran atau pengakuan Kitab Perjanjian Baru itu dan mereka masih tetap menunggu kedatangan tokoh/nabi yang dijanjikan itu.[4]
Nubuat Tentang Roh Kudus
Di dalam Alkitab PB, ada beberapa ungkapan atau nubuat yang menyebut akan datangnya seseorang atau sesuatu (oknum) kepada umat Kristus untuk menyertai dan menolong mereka.
Ungkapan-ungkapan itu adalah:
1. Yohanes 14: 16-26, Yohanes 15: 26-27, tentang akan dikaruniakannya Penolong, yaitu Roh Kebenaran atau Roh Kudus.
2. Yohanes 16:7-15, tentang Penolong, Roh Kebenaran, yang akan memberikan penjelasan tentang kehidupan dunia; dosa, keadilan dan hukuman.
3. Kisah Para Rasul 1:1-11, tentang janji pemberian Roh Kudus
4. Kisah Para Rasul 2:1-13, tentang turunnya Roh Kudus (pemenuhan janji Yesus).
Nubuat-nubuat di atas tidak menyebut dengan jelas dan pasti siapa oknum yang dimaksud; apakah manusia atau bukan, nabi atau bukan. Namun demikian nubuat-nubuat itu dengan jelas menggambarkan atau menyebut sifat dari oknum itu dan pekerjaannya. Ia adalah Roh Kebenaran; Ia adalah Roh Kudus; sifatnya abadi; dan peran atau pekerjaannya adalah sebagai penolong atau penghibur dan yang menyatakan dosa, keadilan dan hukuman.
Apa/Siapa Roh Kudus?
Kata Yunani parakletos yang dipergunakan dalam ungkapan-nubuat itu berarti Penolong atau Penghibur. Kata Penolong ini diikuti dengan penjelasannya yaitu ia sebagai Roh Kebenaran dan Roh Kudus. Dalam Alkitab, Roh Kudus ini disebut juga dengan Roh Allah, Roh Tuhan, Roh Yesus dan Roh Penghibur. Roh adalah nafas, udara, atau angin yang memberikan kehidupan. Ia juga dapat dipahami sebagai jiwa, semangat, hikmat dan nilai-nilai moral-etis dan spiritual. Sedangkan kata Kudus berarti suci, murni, tulus, atau baik dan benar.
Dari definisi (atau fungsinya) ini orang dapat mengetahui latar belakang nubuat Yesus dalam kitab Yohanes itu, yang dia sampaikan kepada para muridNya. Orang-orang yang berada dalam keadaan susah atau sulitlah yang membutuhkan pertolongan. Para murid atau pengikut Yesus Kristus umumnya di masa itu memang berada dalam keadaan sulit. Mereka sedang mengalami kesedihan atau pergumulan berat karena adanya pemberitahuan Yesus bahwa Ia akan berpisah dengan mereka. Yesus akan mati. Padahal mereka masih sangat membutuhkan dia. Untuk menguatkan mereka maka Yesus menjanjikan penolong atau penghibur yang akan diberikan Allah kepada mereka. Penolong ini ternyata bukanlah manusia atau seorang pribadi, baik nabi, rasul atau orang Kudus tetapi Roh Kebenaran atau Roh Kudus.
Penutup
Periode waktu yang mengikuti waktu penubuatan dilakukan dan penafsiran umat menentukan pemenuhan nubuat itu. Di jaman Yesus atau sesudahNya, para pengikutNya menafsirkan dan memahami bahwa nubuat dalam PL itu telah digenapi oleh dan di dalam Yesus. Ini karena mereka memahami bahwa Yesus memenuhi kriteria nabi atau oknum yang dinubuatkan itu.
Pendekatan yang dilakukan ini tentu dapat diterima di kalangan Kristen, tetapi tidak dalam lingkungan Yahudi. Kasus yang sama kita temukan pada kalangan Islam tertentu. Mereka Islam menafsirkan nubuatan Alkitab tentang Roh Kudus sebagai nubuatan tentang nabi Muhammad. Pendekatan dan pendapat ini diterima di kalangan Islam itu, tapi tidak di kalangan Kristen. Di sini diperlihatkan bahwa ternyata penafsiran kitab suci dapat sangat tergantung pada subjektifitas para penafsir. Namun, resiko dari subjektifitas ini adalah penerimaan tentang kebenaran atau ketepatan penafsiran itu juga tergantung pada subjektifitas (juga objektifitas) orang yang menghadapi atau menanggapinya. Sekian. /SRRJkt2004
[1] Artikel ini ditulis dalam rangka menjawab tuntutan kelompok umat Islam tertentu bahwa kedatangan Nabi Muhammad sudah dinubuatkan di dalam Alkitab Perjanjian Lama dan khususnya Perjanjian Baru. Makalah ini pertama kali disampaikan dalam acara Debat Islam-Kristen, pada bulan Maret 2004 di Balai Kota Bandung, dan kemudian diterbitkan dalam Majalah Gema Wacana, GKJ Bekasi, Oktober 2004.
[2] Kitab Perjanjian Lama sudah dihasilkan dan dipergunakan sebelum kehadiran Yesus Kristus dan kitab Perjanjian Baru dihasilkan dan dipergunakan setelah Kematian-Kebangkitan-Kenaikan Yesus).
[3] Lih. H. Bakry, Isa dalam Al-Qur’an dan Muhammad dalam Bijbel, hal. 201-207), dan A.S.G.Wibawa, Muhammad dalam Taurat dan Injil, 99-111).
2 Sementara kalangan Islam tertaentu (lih. Foot .note di atas) yang menafsirkan bahwa nubuat tentang datangnya seorang nabi itu telah terpenuhi di dalam diri nabi Muhammad.
Friday, March 6, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
tes yesus manusia
ReplyDeletetdk ada tuhan selain Allah,tdk ada tuhan yg berdoa'tentu saja yg masih berdoa(minta pertolongan tuhan) bkn tuhan
ReplyDeleteDi dalam Injil Kenyataan (wahyu kepada Yahya maksudnya) pasal 19 ayat 11 sampai 12, di sana disebutkan:
ReplyDeleteLalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: “YANG SETIA DAN YANG BENAR”, Ia menghakimi dan berperang dengan adil. 19:11
Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri. 19:12
Perhatikan sekali lagi dua dalil alkitab diatas, betul-betul 2 ayat di atas sama sekali tidak ada hubungannya dengan Yesus, karena:
1. Yesus tak pernah mengendarai kuda putih, tetapi setahu saya, Yesus hanya naik keledai, dan tak pernah terlibat peperangan apapun, karena yesus memang sangat diplomatif atau nabi diplomatik, yang menyelesaikan masalah dengan jalan diplomasi, tidak menempuh bentuk bentuk peperangan, sedangkan gambaran Alkitab, dia adalah penunggang kuda
2. Muhammad saw lah yang memiliki panggilan Yang Amanah dan Benar (Setia dan Benar), ia menjalankan hukum hukum Allah mengadili manusia dengan adil, adalah kebiasaan seorang nabi akhir zaman yang di nubuatkan dalam Alkitab.
3. Di dalam ayat ini, dijelaskan kedudukan Nabi Muhammad di dalam pemerintahan dunia. Seperti lazimnya pada jaman dahulu orang besar-besar selalu berkendaraan kuda putih, karena warna putih berarti kebersihan.
“Banyak mahkota” berarti “banyak kedudukan.” Dalam hal ini menjadi kenyataan pada diri Nabi Muhammad bahwa beliau banyak kedudukannya, di dunia seperti kedudukan atau jabatan Nabi, Panglima Perang, Pemimpin Negara, juga pemutus Hukum. Nabi Muhammad juga digelari orang sebagai “Orang yang Dipercaya dan Benar” atau “Al Amin.”
Matanya seperti bola api, serta-merta menunjukkan sifatnya yang sangat tegas, keras dan kuat. Dengan sitat-sifat inilah ia memutuskan hukum, dengan keadilan dan kebenarannya.
Tolong baca Wahyu 19 secara keseluruhan...
Deletewah nabi muhammad kalu dalam bible itu sudah dituliskan dgn gamblang"pembinasa keji yg berdiri ditempat kudus" trus mengenai firman2 yg dia dapat itu adalah firman2 curian iblis yg dipakainya utk menjatuhkan org2 percaya lebih jelasnya baca kisah perumpamaan Yesus tentang LALANG DIANTARA GANDUM,,yg disebut Yg Benar dan Yg setia Itu Kristus bukan muhammad,saya ingat apa yg dikatakan muhammad sendiri dalam firman curian itu"semua anak manusia yg lahir di dunia ini telah dijamah iblis kecuali Isa Putra maryam",umat muslim emang suka menafsirkan ayat2 bible SEENAK PERUT SENDIRI,,saya jadi ingat nasihat rasul petrus dan rasul2 yg lain"mereka memutarbalikkan kebenaran utk kebinasaan mereka sendiri"jika ada yg datang kepadamu membawa kabar yg lain yg tidak seperti yg kami beritakan kepadamu janganlah menyambut dia",
ReplyDeleteThank You and that i have a neat offer you: Whole House Renovation Cost Calculator custom home renovations
ReplyDelete