Thursday, July 21, 2011

Agama Yahudi

AGAMA YAHUDI[1]

Oleh Stanley R. Rambitan

Istilah Yahudi berasal dari kata Ibrani Yehudi, yang berarti orang dari suku Yehuda/Yuda; atau dalam bahasa Inggris disebut Jew (s) atau orang(-orang) Yahudi. Bangsa Yahudi disebut Jewish people dan agama Yahudi disebut Jewish religion. Dari kata Yahudi ini muncul istilah Yudaisme/Judaism. Yudaisme memiliki arti yang lebih kuas dari agama Yahudi. Ia menyangkut bukan hanya agama tetapi juga adat-istiadat atau kebudayaan umum bangsa Yahudi.

Nama Yahudi ini berasal dari nama suku Yehuda, salah satu dari 12 suku Israel, yang dianggap sebagai anak-anak dari Yakub (anak Ishak, anak Abraham). Yehuda kemudian merupakan kerajaan, hasil pecahan dari kerajaan Israel yang menjadi dua, yaitu kerajaan Israel di Utara dengan ibu kota Samaria, dan kerajaan Yehuda di selatan dengan ibu kota Yerusalem. Turunan kerajaan Israel yang lebih lama bertahan adalah Yehuda, dan orang-orang Israel dari suku/kerajaan Yehuda inilah yang dibuang ke Babel. Setelah kembali dari pembuangan di Babel, bangsa ini kemudian menyebut diri mereka bangsa Yahudi dan agamanya disebut agama Yahudi.

Yudaisme/agama Yahudi adalah istilah yang baru muncul atau digunakan setelah kembalinya bangsa Israel dari pembuangan di Babel, antara abad ke 6 dan 5 SM. (dua gelombang kembalinya bangsa Israel, yaitu sekitar akhir abad ke 6 (tahun 500-an) dan pertengahan abad ke 5 (atau tahun 450-an). (Wahono, Di Sini, 256). Yudaisme sebagai agama dan kebudayaan mulai memperlihatkan bentuk awalnya pada pertengahan abad 2 SM. Pada masa-masa awal, Yudaisme mencakub berbagai kalangan, misalnya kaum Eseni, Farisi, Saduki, kaum Zelot, herodian, kaum apokaliptik, dan bahkan orang-orang Samaria. Walaupun ada perbedaan-perbedaan pandangan di antara kaum Yahudi plural itu, tetapi mereka memperlihatkan keseragaman di dalam pemahaman dan praktek seperti ibadah, sunat, ketaatan pada hari sabat, penghormatan pada Taurat dan Bait Allah, penyembahan kepada YHWH-EL yang esa dan penolakan terhadap berhala-berhala dan ilah-ilah lain. (Browning, kamus Alkitab, 502-3).

Walaupun sebutan Yudaisme atau agama Yahudi baru muncul setelah pembuangan, namun akar-akar kepercayaan atau agama dan bahkan bangsa Yahudi ini dapat ditelusuri sampai kepada bapa-bapa leluhur serta berbagai tokoh dan peristiwa selanjutnya yang terjadi di dalam sejarah mereka. Bapa-bapa leluhur bangsa Israel yang paling dikenal adalah Abraham, Ishak dan Yakub. Selanjutnya, tokoh-tokoh yang terkenal dan berpengaruh dalam pembentukan dan pemeliharaan kepercayaan atau agama adalah Musa, Daud, Salomo, Yosia dan para Imam, pengumpul dan penulis kitab-kitab (Tenak (Torah, Nebiim dan Ketubim) dan Talmud.

Abraham dipahami sebagai peletak dasar sejarah, agama dan kebangsaan bangsa Israel atau Yahudi. Secara iman, hal ini ditandai oleh pemanggilan abraham oleh Allah untuk pergi ke negeri yang dijanjikan dan Abraham dijanjikan akan mendapat berkat dan ia dan keturunannya akan memenuhi bumi (Lihat Kitab Kejadian 12). Abraham, dan kemudian keturunannya, yaitu Ishak dan Yakub (juga dipercayai sebagai leluhur Israel) adalah leluhur bangsa Israel yang mempercayai dan menyembah satu Tuhan, yaitu EL, yang juga disembah oleh kebanyakan bangsa di Mesopotamia (termasuk Arabia) dan Kanaan. Ketika Abraham dipanggil keluar dari tempat tinggalnya di kota Ur di daerah Kasdim (bagan barat laut Persia/Iran-Irak sekarang), menuju tanah yang dijanjikan Tuhan, sampai meninggalnya, Abraham menyembah EL, atau Allah. Ishak (dan tentu juga Ismail yang menjadi leluhur bangsa Arab; bandingkan kata Il dalam bahasa Arab) anaknya melanjutkan penyembahan terhadap EL. El ini disembah dan dipanggil sesuai dengan tempat-tempat dan peristiwa yang dialaminya. Misalnya, Abraham menyebut El-Elyon (Allah yang maha tinggi); Yakub menyebut El-Betel, dsb. Yakub ini adalah bapa yang menurunkan 12 anak yang menjadi suku-suku bangsa Israel yang menempati sebagian besar daerah Kanaan.

Ketika terjadi kelaparan, suku-suku Israel ini harus pergi ke Mesir dan akhirnya menjadi budak di sana. Ketika bangsa Israel berada dalam perbudakan di Mesir, mereka masih menyembah Allah yang disembah oleh leluhur mereka.

Kemudian, muncullah Musa, yang memimpin pembebasan bangsa Israel dari Mesir (sekitar tahun 1250 SM). Musa juga tetap mempercayai dan menyembah dan taat pada Allah yang disembah oleh leluhur bangsa Israel. Dalam perjalanan di gurun Sinai, Musa menerima wahyu atau firman (Torah) dari Tuhan yang menyatakan namanya sebagai YHWH (artinya: Aku ada dan Aku akan Ada, dan Aku yang mengadakan). Sejak perjumpaan itu, nama YHWH dipakai untuk menyembah Tuhan-Allah bangsa Israel, yang kemudian disebut TUHAN-ALLAH (Yahweh-Elohim). Setelah proklamasi tentang YHWH dan keberadaan Taurat, hukum-hukum atau peraturan-peraturan lain diberikan juga untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. Dan hukum-hukum ini begitu dominan di dalam kehidupan bangsa Israel. (sehingga kemudian, agama Israel/Yahudi diidentikan dengan agama hukum/legalistik). Musa menjadi orang yang dipercayai meletakkan dasar-dasar kepercayaan bangsa Israel. Agama “Torah” yang menjadi unsur pembentuk utama Yudaisme mulai tampak, dan kepercayaan utama yang dipegangi adalah Tuhan yang satu itu adalah Allah Israel dan Ia melarang bangsa Israel untuk menyembah ilah lain dan berhala-berhala.

Yahweh-Elohim, sekalipun memiliki nama ganda tetapi dipahami dan dipercayai oleh bangsa Israel sebagai Tuhan yang satu. Kepercayaan bangsa Israel tentang Tuhan yang esa ini dinyatakan dalam atau sebagai credo atau pengakuan iman mereka yaitu “Yahweh Elohee, Yahweh Ehad” atau Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa.

Ketika bangsa Israel memasuki Kanaan, mereka menemukan kepercayaan bangsa-bangsa di situ yang beragam ilah dan berhala-berhala mereka. Bangsa Israel ada yang jatuh atau murtad dengan menyembah ilah-ilah dan berhala-berhala. Para pemimpin bangsa Israel, dlam hal ini Yosua, lalu para Hakim, berjuang untuk mempertahankan keimanan mereka kepada Yahweh-Elohim. Juga kemudian para raja, yaitu Saul, Daud dan Salomo. Di jaman raja Daud, Yerusalem direbut dan dijadikan kota suci, kota tempat Allah yang esa itu disembah. Agama menyatu dengan kekuasaan-kerajaan. Di jaman raja Salomo, bait Allah dibangun. Ini memperlihatkan perhatian yang besar terhadap agama dan penyembahan kepada Allah yang esa itu.

Namun dalam perjalanan hidup, banyak orang menjadi murtad lagi, tergoda oleh berhala-berhala setempat. Ini dilihat oleh para nabi sebagai penyebab kehancuran kerajaan Israel yang pertama-tama ditandai oleh pecahnya Israel menjadi dua: Israel (utara dengan ibu kota Samaria) dan Yehuda (di selatan dengan ibu kota Yerusalem). Lalu berangsur-angsur dua kerajaan ini hancur. Israel jatuh ke tangan Asyur tahun 721 SM, dan Yehuda ke tangan kerajaan Babel tahun 586 SM.

Sebelum kerajaan Yehuda hancur dan ditaklukan babel, raja Yosia pada tahun sempat melakukan reformasi dengan berusaha membangun kembali Bait Allah. Dalam usaha pembangunan itu, imam Hiskia menemukan gulungan yang merupakan kitab Torah. Tahun 622 Yosia menyatakan pembaruan keagamaan. Namun sebelum ia berhasil membarui dan membangun kembali kerajaan dan agamanya, ia sudah harus takluk kepada Babel. Bangsa Israel, khususnya keturunan Yehuda ini harus dibuang ke Babel.

Tetapi justru dalam keadaan sulit, penderitaan di pembuangan, bangsa “Yehudi” ini bangkit dengan pertama-tama membangun kembali kehidupan beragama mereka. Semangat aktifitas beragama semakin kuat. Dan ketika mereka keluar dari pembuangan, semangat dan aktifitas itu ditandai dengan pengumpulan dan penulisan kembali kitab-kitab yang menjadi sumber ajaran iman dan ibadah mereka, termasuk paham tentang Allah yang esa itu. Kepercayaan terhadap Yahweh-Elohim yang esa itu terus dipegangi oleh bangsa Israel/Yahudi seterusnya setelah pembuangan, bahkan setelah mereka juga dikuasai oleh bangsa Yunani dan kemudian Romawi dengan penghancuran Bait Allah pada tahun 70 M, pada jaman munculnya Yesus, dan juga pada masa kekuasaan Islam muli abad ke 7 M, dan sampai saati ini.

Pada masa antara pembuangan dan penguasaan Yunani-Romawi, bangsa Yahudi melakukan penulisan dan penyusunan Misnah dan Talmud (sekitar tahun 200 SM). Di jaman inilah agama Yahudi atau lebih luas, Yudaisme, mendapat bentuk-bentuknya yang pertama, dan kemudian perkembangan ajarannya berpijak pada Yudaisme awal ini.

Sejarah bangsa Yahudi/Israel terus berlanjut dengan penguasaan oleh bangsa-bangsa lain dan bangsa Israel hidup tersebar di berbagai tempat. Tahun 1735, hasidisme didirikan; 1939-1945, terjadi Holokaust; tahun 1948, negara Israel di Palestina dibentuk; sampai Israel saat ini.

Pusat keagamaan Yahudi sejak raja Daud adalah kota Yerusalem (karena Tabut Perjanjian telah ditempatkan di kota ini). Kemudian posisi Yerusalem semakin pending karena pusat ibadah, yaitu Bait Allah, didirikan oleh raja Salomo di kota Yerusalem. Bait Allah dihancurkan dua kali. Pertama, saat penaklukan Babel,tahun 586, dan kedua saat kekuasan Romawi, tahun 70 M. Sejak kehancuran oleh Romawi ini, Bait Allah tidak pernah dibangun lagi sampai saat ini. Peran Bait Allah digantikan oleh sinagoge-sinagoge yang menjadi tempat ibadah bangsa Yahudi.

Aliran-aliran dalam Yudaisme saat ini:

  1. Orthodoks: pengikut Yahudi rabinik, menekankan keaslian wahyu dalam Kitab Suci/Taurat, otoritas para rabi dan interpretasinya dalam Talmud, wajib melakukan 613 perintah Taurat/Mitsvat, takut pada Allah dan hukumNya,
  2. Konservatif: muncul tahun 1940-an, memegang teguh semua tradisi iman tapi membuka reformasi; mayoritas yahudi amerika.
  3. Rekonstruksi: ddirikan tahun 1920-an, peduli kepada budaya dari pada kepercayaan dan praktek agama yahudi, menolak paham ttg Allah yang maha tahu dan yang membuat janji dengan Abraham dan keabadian hukum Taurat.
  4. Hasidiske: mulai tahun 1700-an, memusatkan perhatian pada tradisi spiritual dan mistik Yahudi, meninggalkan penekanan orthodoks pada hal-hal ilmuah, pengakuan kepada pemimpin yang dianggap memiliki kharisma lebih dari para rabi. Kebanyakan di Israel dan Amerika.
  5. Reformasi: muncul di jerman tahun 1940-an, mengajarkan bahwa semua orang Yahudi bertanggung jawab terhadap negara tempat tinggal dan iman yahudi; membedakan Yudaisme yang bernilai abadi dan sesaat, tidak membedakan/ memisahkan laki-laki dan perempuan dalam ibadah, menahbiskan rabi perempuan.

Ajaran utama Agama Yahudi bahwa bangsa Israel hidup di dalam perjanjian dengan Allah. Perjanjian ini telah dimulai antara Allah dengan Adam dan Hawa, lalu dengan Nuh, Abraham, Ishak dan Yakub, lalu dengan Musa, dstnya. Dalam perjanjian itu, manusia harus taat pada Allh dan Allah akan memberkati manusia. Dalam perjanjian itu juga, bangsa Israel, diangkap sebagai anak yang dikasihi Allah, anak atau bangsa pilihan, yang akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa. Tetapi, dalam perjanjian itu juga, jika Israel memberontak, maka ia akan dihukum Allah.

Yang dipentingkan dalam hidup orang Yahudi adalah ibadah, pelaksanaan hukum atau aturan-aturan hidup, dan iman tunggal kepada Tuhan yang tunggal itu.

Daftar Bacaan:

Ensiklopedi:

“Judaism”, dalam Enc. of Religion and Ethics (ERE).

“Yudaisme”, dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II (M-Z), h. 630-633.

Buku:

Albaright, W.F., Archeology and the Religion of Israel. Baltimore: The John Hopkins Press, 1942.

Albright, W.F., From the Stone Age to Christianity. Baltimore: The John Hopkins Press, 1946.

Barth, Ch., Theologi Perjanjian Lama 1. Jakarta: BPK-GM, 1988 (Cet. 4).

Barth, Ch., Theologi Perjanjian Lama 2. Jakarta: BPK-GM, 1985 (Cet. 2).

Barth, Ch., Theologi Perjanjian Lama 3. Jakarta: BPK-GM, 1986.

Bloomendal, J., Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta: BPK-GM, 1983.

Bright, J., A History of Israel. London: SCM Press, 1967.

Cogan, M., Imperialism and Religion. , 1974.

Epstein, I., Judaism. London: Penguin Books, 1968.

Gottwald, N.K., A Light to the Nation. NY: Harper & Brothers publishers, 1959.

Keene, M., Agama-Agama Dunia. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

Kraus, H.J., The People of God in the Old Testament. London: Lutterworth press, 1959.

McKay, John, Religion in Judah under Assyrians. 1973.

Mielzner, M., Introduction to the Talmud. NY: 1968.

Moore, G.F., Judaism in the First Centuries of the Christian Era. (3 vls.).

Muilenburg, J., The Way of Israel. London: Adam and Charles Black, 1960.

Musaph-Andriesse, R.C., Sastra Para Rabi setelah Taurat. (Trj.). Jakarta: BPK-GM, 1997.

Noth, M., The History of Israel. London: Adam & Charles Black, 1961.

Parkes, J., The Prinsiples of the Jewish Faith. 1964.

Pfeiffer, R.H., Religion in the Old Testament. London: Adam & Charles Black, 1961.

Preuss, Horst D., Old Testament Theology. Vol. II. Edinburgh: T&T Clark, 1996.

Roth, C., A History of the Jews. NY: Schoken Books, 1971.

Rowley, H.H., Atlas Alkitab. Jakarta: BPK-GM, 2005 (Cet.17).

Rowley, H.H., The Old Testament and Modern Study. Oxford: OUP, 1961.

Rowley, H.H., The Faith of Israel. London: SCM Press, 1968.

Safrai, S., and M. Stern (eds.), The Jewish People in the First Century. (2 vls.). 1974, 1976.

Steinsalz, A., The Essential Talmud. Bantan: 1977.

Stewart, R.A., Rabbinic Theology. 1961.

Strack, H.L., Introduction to the Talmud and Midrash. NY: Meridian Books, 1963.

Von Rad, G., Old Testament Theology (2 Vols.), London: Oliver and Boyd, 1967.

Wahono, S.W., Di Sini Kutemukan. Petunjuk Mempelajari dan Mengajarkan Alkitab. Jakarta: BPK-GM, 1987.

Wahono, S.W., Dua Studi tentang Hubungan Tuhan dan Israel. Jakarta: BPK-GM, 1983.



[1] Disampaikan pada kuliah Agama-agama Semitik pada Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, pada hari Rabu, Oktober 2009.

No comments:

Post a Comment